.:: Jasa Membuat Aplikasi Website,Desktop,Android Order Now..!! | | Order Now..!! Jasa Membuat Project Arduino,Robotic,Print 3D ::.

Makalah Analisis Ratio Liquiditas

0 komentar


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
bismillaahirrahmaanirrahiim

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa,  dagang maupun manufaktur memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh laba dan menjaga kesinambungan perusahaan di masa akan datang. Di era globalisasi saat ini, semakin menambah permasalahan bagi manajemen suatu perusahaan di dalam mewujudkan usahanya dan menjalankan aktivitas perusahaaan.
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan jangka pendek atau yang harus segera dibayar. Masalah likuiditas merupakan salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik; karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajemen, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan, atau karena kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha.
Dalam makalah ini yang berjudul �Analisis Ratio Liquiditas� sedikt banyak akan di bahas mengenai analisis liquiditas yang terjadi di dalam perusahaan dan cara menhitungnya.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa itu ratio liquiditas?
2.      Apa saja tujuan dan manfaat ratio liquiditas?
3.      Ada berapa mancan ratio liquiditas dan baimana penghitunganya?

C.    Tujuan
Tujuan dari Rumusan Masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Dapat Memahami pengertian dari ratio liquiditas.
2.      Dapat mengetahui tujuan dan manfaat dari ratio liquiditas.
3.      Mampu memahami dan menghitung menggunakan berbagai macam perhitungan yang ada di dalam ratio  liquiditas.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Rasio Likuiditas
Kita sering kali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajiban) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Atau terkadang perusahaan juga sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibannya tepat waktu. Mengapa hal ini terjadi? Karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk mencukupi utang yang jatuh tempo tersubut.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Pengertian lain likuiditas, adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang harus segera dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi kewajiban lancar. Perusahaan yang mempunyai likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas dengan kewajiban lancar). Likuiditas merupakan biaya yang ditanggung pemodal jika ingin menjual sekuritasnya secara cepat.
Kasus seperti ini akan sangat mengganggu hubungan baik antara perusahaan dengan para kreditor, atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang, kasus ini akan berdampak pula kepada para pelanggan (konsumen). Artinya pada akhirnya perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini membantu kelancaran usahanya. Padahal kita tahu bahwa kepercayaan dari berbagai pihak terhadap perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Secara umum, pengertian likuditas adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai, dimana fungsi dari likuditas secara umum untuk:
a.       Menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari.
b.      Mengatasi kebutuhan dana yang mendesak.
c.       Memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan fleksibiltas dalam meraih kesempatan investasi menarik yang menguntungkan.

Ketidak mampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) yang disebabkan oleh berbagai factor: pertama, bias dikarenakan memeng perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Kedua, bias mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual persediyaan atau aktiva lainnya.
Dalam prakteknya, tidak jarang pula perusahaan mengalami hal sebaliknya yaitu kelebihan dana, artinya jumlah dana tunai dan dana yang segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal menggunakan dana yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti yang diinginkan.
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidak mampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu  lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas.
Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, James O. Gill menyebutkan rasio likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuitnya suatu perusahaan. Caranya yaitu dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.
Terdapat dua hasil penilaiaan tehadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya maka dapat dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, maka perusahaan dikatakan dalam keadaan ilikuid.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan memiliki utang yang segera jatuh tempo senilai RP.1.000.000,00, sementara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp.1.200.000,00. Maka perusahaan ini dikatakan likuid. Artinya, perusahaan mampu membayar utang tersebut. Sebaliknya, jika aktiva lancar yang dimiliki perusahaan hanya sebesar Rp.800.000,00 perusahaan ini dikatakan illikuid. Artinya perusahaan tidak mampu membayar utang dengan seluruh aktiva lancar yang dimilikinya. Perusahaan masih kekurangan sebesar Rp.200.000,00 untuk menutupi uatangnya.
Meskipun kondisi dalam keadaan likuid, posisi keuanganya mengkhawatirkan karena sisa harta lancar tinggal Rp.200.000,00. Hal ini berbahaya karena misalnya ada kewajiban lainnya, pada saat ditagih perusahaan tidak mampu membayarnya. Jadi ukuran perusahaan yang baik tidak hanya sekedar likuid saja, tetapi harus memenuhi standar likuiditas tertentu sehingga tidak membahayakan kewajiban lainnya. Dalam praktiknya standar likuiditas yang baik adalah Rp.2.000.000,00 sedangkan total harta lancar Rp.1.000.000,00. Namun standar likuiditas ini tidak mutlak dilakukan karena tergantung jenis industrinya.



B.     Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan guna menilai kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan, atau juga pihak distributor atau supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.
Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas bagi perusahaan, baik bagi pihak pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, dan pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan seperti kreditor dan distributor atau supplier.

Berikut ini ada tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas, yaitu:
1.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.
4.      Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
5.      Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
6.      Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
7.      Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8.      Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9.      Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya, kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya. Kemudian dagi pihak distributor adanya kemampuan membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara ansuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar tepat waktu. Namun, rasio likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit.



C.    Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, disamping itu dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan, dalam praktiknya untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada.


Jenis-jinis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu:
a.      Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar adalah mengurangi sediaan dan piutang.

Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (misalnya satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus di terima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.
Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang hamper jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.

Dari hasil pengukuran rasio, apabila pengukuran rasio rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa target yang telah ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan rata-rata industry untuk usaha yang sejenis.

Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah rata-rata industry untuk perusahaan yang sejenis.

Rumus untuk mencari rasio lancar yang digunakan sebagai berikut:
Current lancar = Aktiva lancar (Current Assets) : Utang lancar (Current Liabilitas)


Untuk pembahasan rasio-rasio ini kita menggunakan laporan keuangan PT Yumiko Maharani,Tbk yang ada di halaman 111 dan 112.
Contoh:
Komponen Laporan Keuangan
2005
2006
Total aktiva lancar (current assets)
Total utang lancar (current liabilitas)
1.640
750
1.340
750


Untuk tahun 2005:
Current Ratio (CR) = Rp. 1.640 : Rp. 750 = 2,18 kali (dibulatkan 2,2 kali)

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 2,2 kali utang lancar, atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 2,2 rupiah harta lancar atau 2,2:1 antara aktiva lancar dengan utang lancar.

Untuk tahun 2006:
Current Ratio (CR) = Rp. 1.340 : Rp. 750 = 1.8 kali (dibulatkan 1,8 kali)

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,8 kali utang lancar, atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh Rp.1,8 harta lancar atau 1,8:1 antara aktiva lancar dengan utang lancar.

Jika rata-rata industry untuk current ratio adalah dua kali, keadaan perusahaan untuk tahun 2005 berada dalam kondisi baik mengingat rasionya di atas rata-rata industri. Namun, untuk tahun2006 kondisinya kurang baik jika dibandingkan dengan perusahaan lain karena rasionya masih dibawah rata-rata industri.

b.      Rasio Cepet (Quick Ratio)
Rasio cepat atau rasio sangat lancar merupakan rasio yang menujukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang janka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan niali sediaan (investory). Artinya, nilai sediaan kita abaikan dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk di uangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membanyar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.

     Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai sediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya yang dibayar di muka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh uatng lancar.
Rumus untuk mencari ratio cepat dapat digunakan sebagai berikut:
Quick Ratio (Acid Test Ratio) =  Current Assets � Inventory
                                                          Current Liabilitas
Contoh:
Komponen Laporan Keuangan
2005
2006
Total Aktiva Lancar (current assets)
Total Utang Lancar (current liabilitas)
Sediaan (inventory)
1.640
750
250
1.340
750
310

Untuk tahun 2005:
Quick Ratio = (Rp.1.640 � Rp.250) : Rp.750 = 2,52 kali

Untuk tahun 2006:
Quick Ratio = (Rp.1.340 � Rp.310) :Rp.750 = 2,2 kali

Jika rata-rata industry untuk quick ratio adalah 1,5 kali, maka keadaan perusahaan lebih baik dari pada perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual sediaan bela hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat menjual serat berharga penagihan piutang.

Demikian pula sebaliknya, jika rasio perusahaan di bawah rata-rata industry, keadaan perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual sediaannya untuk melunasi pembayaran utang langcar, pedahal penjualan sediaan untuk harga yang normal relatif sulit, kecuali perusahaan menjual di bawah harga pasar, yang tentunya bagi perusahaan jelas menambah kerugian.
c.       Rasio Kas (Cash Ratio)
Di samping rasio yang sudah dibahas di atas, terkadang perusahaan juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar-benar siap untuk digunakan untuk membayar utangnya. Artinya dalam hal ini perusahaan tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar lainnya yaitu dengan menggunakan rasio lancar.

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Rumus untuk mencari rasio kas, yaitu:
Cash ratio= Cash or Cash equivalent
                 Current liabilities

Atau:

Cash Ratio ={(kas + bank) : Utang lancar}

Contoh:
Komponen Laporan Keuangan
2005
2006
Total aktiva lancar (Current Assets)
Total utang lancar (investor)
Kas
Giro (bank)
1.640
750
250
350
1.340
750
260
300

Cash ratio dapat dicari sebagai berikut:
Untuk tahun 2005:
Cash ratio = Rp. 250 + Rp. 350 =  0,8 atau 80%
                           Rp.750
Untuk tahun 2006:
Cash ratio = Rp. 260 + Rp. 300 = 0,746 atau 75 %
                      Rp. 750

Jika rata-rata industry untuk Cash ratioadalah 50% maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik kerena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas dibawah rata-rata industry, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kawajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.

d.      Rasio Perputaran Kas
Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan unyuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap utang lancar. Modar kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal kerja bersih yang dimiliki perusahaan. Sementara itu, modal kerja kotor atau modal kerja saja merupakan jumlah dari aktiva lancar. Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut.
1.      Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti ketidak mampuan perusahaan dalam membayar tagihannya.
2.      Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit di cairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut:
Rasio Perputaran Kas =   Penjualan Bersih
                                      Modal kerja bersih

Untuk mengaplikasikan rumus diatas, dapat digunakan data sebagi berikut.
Contoh:
Komponen Laporan Keuangan
2005
2006
Penjualan bersih (net sales)
Total aktiva lancar (current assets)
total utang lancar (current assets)
5.950
1.640
750
5.550
1.340
750

Untuk tahun 2005:
Rasio Perputaran Kas = 5.950 : (1.640 � 750) = 6,68 kali dibulatkan 7 kali

Untuk tahun 2006:
Rasio Perputaran Kas = 5.550 : (1.340 � 750) = 9,4 kali dibulatkan 10 kali

Jika rata-rata industri untuk perputaran kas adalah 10 %, keadaan perusahaan pada tahun 2005 kurang baik kerena masih cukup jauh dari rata-rata industri. Namun, kondisi tahun 2006 dikatakan baik karena kondisinya sama dengan rata-rata industri.
e.       Investory to Net Working Capital
Investory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan anrata aktiva lancar dengan utang lancar.

Rumus untuk memcari inventory to net working capital dapat digunakan sebagai berikut:
Inventory to NWC = persediaan : (total aktiva lancar � total utang lancar)

Contoh:
Komponen Laporan Keuangan
2005
2006
Total aktiva lancar (current assets)
Total utang lancar (current liabilities)
Sediaan (inventory)
1.640
750
250
1.340
750
310

Untuk tahun 2005:
Inventory to NWC = 250 : (1.640 � 750) = 0,105 dibulatkan 11%

Untuk tahun 2006:
Inventory to NWC = 310 : (1.340 � 750) = 0,148 dibulatkan 15 %

Jika rata-rata industry untuk inventory to net working capital adalah 12%, keadaan perusahaan pada tahun 2005 kurang baik karena masih dibawah rata-rata industry, namun tidak terlalu buruk karena masih mendekati rata-rata industry, hanya saja masih perlu ditingkatkan. Untuk tahun 2006 kondisinya baik karena berada di atas rata-rata industry. Artinya perusahaan melakukan peningkatan inventory to net working capital dari tahun sebelumnya.

D.    Hasil Pengukuran
Dari pengukuran rasio di atas dapat kita lihat kondisi dan posisi perusahaan seperti yang terlihat dalam table berikut ini:
no
Jenis Rasio
2005
2006
Standar
Industri
1
2
3
4
5
Current ratio
Quick ratio
Cash ratio
Cash turn over
Inventory to net working capital
2,2 kali
2,5 kali
80%
7%
11%
1,8 kali
2,2 kali
75%
10%
15%
2 kali
1,5 kali
50%
10%
12%

Rasio lancar, dapat dilihat dari table terjadi penurunan sebanyak 2,2 kali. Hal ini dapat dikatakan memuaskan karena berada diatas rata-rata industry, namun sebaliknya pada tahun 2006 menjadi kurang memuaskan karena masih ada di bawah rata-rata industri.
Jika standar rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, current ratio perusahaan tahun 2005 dikatakan baik. Namun, untuk tahun 2006 dikatakan kurang baik karena tidak memenuhi syarat standar rata-rata industri. Oleh karena itu, kondisi si tahun 2006 menjadi kurang memuaskan karena masih di bawah rata-rata industri.
Jika standar rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, current ratio perusahaan tahun 2005 dikatakan baik. Namun, untuk tahun 2006 dikatakan kurang baik kerena tidak memenuhi syarat standar rata-rata industri. Oleh karena itu, kondisi di tahun 2006 perlu dikhawatirkan mengingat rasio lancar yang dimiliki perusahaan masih di bawah rata-rata industri dan perlu di tingkatkan lagi sepperti tahun sebelumnya. Hal ini penting mengingat rasio yang menyamai rata-rata industri yang dibutuhkan guna menumbuhkan tingkat kepercayaan berbagai pihak kepada perusahaan.
Hasil rasio cepat dari tahun 2005 ke tahun 2006 juga mengalami perubahan atau penurunan. Jika semula pada tahun 2005 rasio cepatnya 2,5 kali, pada tahun 2006 turun menjadi 2,2 kali.
Jadi standar rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1,5 kali, kondisi perusahaan dapat dikatakan cukup memuaskan untuk kedua tahun tersebut, walaupun terjadi penurunan.
Hasil pengukuran rasio kas dari tahun 2005 ke tahun 2006 juga mengalami penurunan. Jika semula pada tahun 2005 rasio kas sebanyak 80%, pada tahun 2006 turun menjadi 75%.
Jika rata-rata industri rasio kas 50%, perusahaan dalam memuaskan karena masih di atas rata-rata industri. Hanya saja perlu diantisipasi apakah penggunaan kas sudah dilakukan  secara optimal karena rasio kas yang tinggi dicurigai karena manajemen belum melakukan pengelolaan secara baik, artinya adanya kas yang idle (menganggur) dan tentu saja ini dapat merugikan perusahaan.
Hasil pengukuran rasio perputaran kas dari tahun 2005 ke tahun 2006 juga mengalami kenaikan. Jika semula pada tahun 2005 rasionya sebesar 7%, pada tahun 2006 naik menjadi 10%. Ini berarti perusahaan memiliki kemempuan yang lebih besar untuk menutupi biaya-biaya perusahaan.
Jika rata-rata industri rasio perputaran kas 10%, kondisi perusahaan tahun 2005 tidak memuaskan karena masih di bawah rata-rata industri. Sementara itu, rasio untuk tahun 2006 memuaskan karena sama dengan rata-rata industri.
Hasil pengukuran inventory to net working capital dari tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan. Jika sebelumnya pada tahun 2005 rasio kas sebanyak 11%, pada tahun 2006 naik menjadi 15%.
Jika standar rata-rata industri inventory to net working capital 12%, rasio perusahaan ini ini untuk tahun 2005 dinilai kurang baik meski tidak terlalu jauh dari rata-rata industri. Sementara itu, rasio tahun 2006 baik, karena diatas rata-rata industri.


BAB III
PENUTUP

A.                KESIMPULAN
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Pengertian lain likuiditas, adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang harus segera dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi kewajiban lancar. Perusahaan yang mempunyai likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas dengan kewajiban lancar). Likuiditas merupakan biaya yang ditanggung pemodal jika ingin menjual sekuritasnya secara cepat.
Rasio likuiditas antara lain terdiri dari:
Pertama. Current Ratio, yaitu membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current assets/current liabilities). Current Assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha yang normal yang lebi h besar. Current Liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu (1) tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.
Kedua, Quick Ratio, yaitu membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Persediaan terdiri dari alat-alat kantor, bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Suatu perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
Rasio likuiditas yaitu rasio yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas bertujuan menaksir kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan komitmen pembayaran keuangannya. Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan semakin baik bagi investor. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung akan naik karena tingginya permintaan. Kenaikan harga saham ini mengindikasikan meningkatnya kinerja perusahaan dan hal ini juga akan berdampak pada para investor karena mereka akan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya..
Ketiga. Current ratio/ working capital ratio/ current obligation, yaitu perbandingan aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities), current ratio (CR) = 2:1 merupakan ukuran kasar dan bukan merupakan pedoman yang mutlak bagi perusahaan, perusahaan perlu menetapkan batas maksimal CR, untuk mempertahankan kemampuan perusahaan, termasuk melalui kredit.
Keempat, Rasio Perputaran Kas Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan unyuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Kelima, Investory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan anrata aktiva lancar dengan utang lancar.


Dartar Pustaka
Rony Kountur, Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan, (Jakarta: Penerbit PPM, 2008).
Setyowati Endang, 2011, �Manajemen Likuiditas Bank Syariah�, Jakarta: Bumi Aksara
 











 



Update Contact :
No Wa/Telepon (puat) : 085267792168
No Wa/Telepon (fajar) : 085369237896
Email : Fajarudinsidik@gmail.com
NB :: Bila Sobat tertarik Ingin membuat software, membeli software, membeli source code, membeli hardware elektronika untuk kepentingan Perusahaan maupun Tugas Akhir (TA/SKRIPSI), Insyaallah Saya siap membantu, untuk Respon Cepat dapat menghubungi kami, melalui :

No Wa/Telepon (puat) : 085267792168
No Wa/Telepon (fajar) : 085369237896
Email: Fajarudinsidik@gmail.com


atau Kirimkan Private messanger melalui email dengan klik tombol order dibawah ini :

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
Alhamdulilah hirobil alamin

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Artikel Makalah Analisis Ratio Liquiditas, Diterbitkan oleh sourcecodeaplikasi1 pada Jumat, 22 Mei 2015. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda. Website ini dipost dari beberapa sumber, bisa cek disini sumber, Sobat diperbolehkan mengcopy paste / menyebar luaskan artikel ini, karena segala yang dipost di public adalah milik public. Bila Sobat tertarik Ingin membuat software, membeli software, membeli source code ,Dengan Cara menghubungi saya Ke Email: Fajarudinsidik@gmail.com, atau No Hp/WA : (fajar) : 085369237896, (puat) : 085267792168.

Tawk.to